Postingan

Kajian Literatur Fenomena Sub Kultur

Gambar
  1.        Keraf, Gorys. (2010). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.   Pengertian Majas Eponim Menurut Ahli; Sebetulnya, hakikat dari majas eponim ini sudah cukup jelas dan mudah untuk dipahami. Namun, sebagai bentuk konfirmasi untuk memastikan bahwa informasi tersebut adalah benar, selalu gunakan pendapat ahli sebagai bandingannya. Keraf (2010, hlm. 141) mengungkapkan bahwa majas eponim adalah gaya bahasa di mana seseorang yang namanya begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu digunakan untuk menyatakan sifat yang sama. Disini Ican Harem membranding diri nya sebagai seniman yang beraliran sub kultur, berikut adalah logo Harem yang di branding oleh Ican Harem yang menggambarkan dirinya:       Harem Logo by Ican Harem ( https://icanharem.com/2021/05/18/nuke-kids/ } 2.        Keraf, Gorys. (2010). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.   Pengertian Majas Epitet Menurut Ahli: Majas epitet adalah gaya ba

Fenomena Subkultur : Ican Harem

Gambar
     Sebelum kita masuk kedalam materi, baik nya kita mengetahui terlu=ebih dahulu apa itu 'Fenomena Subkultur'. Fenomena subkultur adalah suatu sekelompok orang yang memiliki perilaku dan kepercayaan yang berbeda dengan budaya mainstream. Fenomena subkultur tidak hanya bentuk perlawanan nya saja terhadap budaya, negara, musik dan gaya hidup nya saja, tetapi fenomena subkultur bisa diangkat menjadi sebuah karya seni yang bisa di komersilkan.  Salah satu seniman subkultur di indonesia adalah Ican Harem, Ican Harem adalah pria kelahiran Aceh yang sekarang berkarya di Bali. Siapa dan apa latar belakang Ican Harem?, latar belakang Ican Harem pria kelahiran Aceh yang menetap di Bali untuk berproses dan berkesenian, dengan mempunyai hobi menggambar pertama nya Ican Harem suka meggambar pada masa kecilnya, dia suka menggambar dragon ball untuk teman nya, dengan menggambarkan teman-temannya di sekolah dasar Ican Harem bisa mendapatkan privilege dari teman-temannya. yang unik nya Ican H

Review Jurnal Dengan Pendekatan Semiotika Karya Koeboe Sarawan

Gambar
JURNAL 1 Objek : Puncak Keheningan Karya Koeboe Sarawan Puncak Keheningan Lukisan Koeboe Sarawan Puncak Keheningan II,  2010, 200 x152 cm oil on canvas. (Foto Repro Dokumen Koeboe Sarawan)   Pendekatan :       Bentuk visual yang seolah mengajak penonton untuk melakukan perenungan mendalam, dan dengan sajian bentuk-bentuk visual yang unik sering dipahami penikmat seni sebagai karakter visual seni lukis Koeboe Sarawan Analisis :      Seni lukis adalah hasil ekspresi seseorang individu yang penuh cita ingin menyampaikan impuls hatinya, hasrat pernyataan atau manifestasi keakuannya sebagai kehadirannya di tengah-tengah masyarakat tanpa ikut campur tangan dan kehendak di luar dirinya.      Pengalaman yang dirujuk pada hal-hal yang unik, sedih, senang, mistis atau hal-hal yang tidak wajar inilah yang mampu memberikan pemahaman lebih bagi Koeboe. Baik dalam proses penciptaan seni lukis, ataupun sebuah pengendapannya terhadap hakikat seni. Sehingga kreativitas yang dikenal sebagai kemampuan ma

Kajian Semiotika Karya Seni Rupa

  Semiotika Sebagai Jembatan Kritik      Untuk menerjemahkan pemikiran yang cukup cerdas dan lumayan edan ini, barangkali pendekatan semiotik akan banyak membantu penulisan kritik seni (karya) agar bernuansa lebih demokratis, plural, dan transdisipliner. Dan kita sepakati terlebih dahulu bahwa karya sebentuk pamplet ini adalah bagian dari aktifitas seni manusia yang menyimpan banyak pesan dan arti.      Sebab pada dasarnya, penjelajahan semiotik sebagai metode kajian ke dalam berbagai cabang keilmuan – dalam hal ini kritik seni rupa – dimungkinkan karena ada kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Artinya, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial. Bertolak dari pandangan semiotika tersebut, jika seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa maka semuanya termasuk seni rupa dan kritik seni (seperti pamplet misalnya) dapat juga dipandang sebagai tanda-tanda. Hal itu dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri.